@wogal92621
Profile
Registered: 4 years, 6 months ago
GudangBokepOnline Saya terkenang kejadian yang saya alami dengan mama mertuaku. Mama mertuaku memanglah bukan ibu kandungan istriku, lantaran ibu kandungan Laras udah wafat. Ayah mertuaku setelah itu kimpoi kembali dengan mama mertuaku yang saat ini serta kebenaran tidak punyai anak. Mama mertuaku ini umurnya lebih kurang 40 tahun, parasnya ayu dan badannya betul-betul sintal dan padat sesuai wanita idamanku. Buah dadanya besar sesuai sama pinggulnya. Demikian pula pantatnya bahenol sekali. Saya kerap mengayalkan mama mertuaku itu bila tengah celentang jelas vaginanya membusung ke atas tertahan pantatnya yang besar itu. Hemm, benar-benar menantang. Momen itu berlangsung di saat malam 2 hari sebelumnya hari perkawinanku dengan Laras. Saat itu saya duduk berdua di kamar keluarga sembari mengulas penyiapan perkimpoianku. Tiba-tiba lampu mati. Dalam kegelapan itu, mama mertuaku (masa itu masih calon) berdiri, saya pikirkan akan cari lilin, namun malah mama mertuaku memegang serta menciumi pipi dan bibirku secara lembut dan mesra. Saya terkejut serta melongo sebab saya tak menerka betul-betul diciumi oleh calon mama mertuaku yang elok itu. Hari-hari seterusnya saya punya sikap seperti biasanya, demikian pula mama mertuaku. Pada saat saya duduk berdua sama dia, saya kerap membulatkan niat melihat mama mertuaku lama-kelamaan, serta ia rata-rata tersenyum manis serta bercakap, "Apaa..?, sudah-sudah, mama jadi malu". Terang-terangan saja saya sesungguhnya rindukan agar bisa bermesraan dengan mama mertuaku itu. Saya kadangkala begitu terasa bersalah dengan Laras istriku namun juga ayahku mertua yang murah hati. Kadangkala saya begitu kurang ajar mengandaikan mama mertuaku digagahi ayah mertuaku, saya asumsikan kemaluan ayah mertuaku masuk keluar vagina mama mertuaku, Ooh alangkah…! Namun saya senantiasa menyimpan hormat ke ayah serta mama mertuaku. Mama mertuaku pun sayang sama kami, meskipun Laras yaitu anak tirinya. Pagi-pagi hari seterusnya, saya ditelepon mama mertuaku, mohon supaya sore harinya saya bisa mengirimkan mama melihat saudara yang tengah berada dalam rumah sakit, sebab ayah mertuaku sedang berangkat ke kota lain buat kepentingan usaha. Saya sich sepakat saja. Sore harinya kami jadi ke rumah sakit, dan pulang udah seusai maghrib. Pada umumnya saya selamanya punya sikap santun dan hormat di mama mertuaku. Dalam perjalan pulang itu, saya membulatkan niat ajukan pertanyaan, "Ma, ngapain sich dahulu mama kok cium Evan?". "Aah, kamu ini kok masih diingat pun siih", jawab mamaku sekalian memandangku. "Terang dong maa…, Kan asyiik", kataku menarik. "Naah, makin kurang ajar thoo, Ingat Laras lho…, Kelak terdengaran ayahmu juga dapat gempar". "Tapii, sebetulnya mengapa siih ma…, Evan jadi ingin tahu lho". "Aah, ini anak kok tak mau diem siih, Tetapi eeh…, anu…, Van, sebetulnya kala itu, waktu kita jagongan itu, mama saksikan gantenggmu itu kok rupawan sekali. Hidungmu, bibirmu, matamu yang lumayan kurang ajar itu kok membikin mama jadi gemes sekali deeh sama kamu. Maka dari itu waktu lampu mati itu, entahlah setan dari lokasi mana, mama jadi ingin sekali menciummu serta merengkuhmu. Mama sebetulnya jadi malu sekali. Mama ragam apa saya ini, waktu tonton menantunya sendiri kok blingsatan". "Kemungkinan, setannya ya Evan ini Ma…, Sekarang setannya itu pula deg-degan kalaupun saksikan mama mertuanya. Mama bisa yakin bisa tidak, kadang bila Evan kembali sama Laras, malahan bayangin Mama lho. Benar-benar nih. Sumpah dech. Bila Mama pernah bayangin Evan gak kalaupun kembali sama Bapak", saya makin berani. "aah tidak tahu ah…, udaah…, udaah…, kelak bila keterusan kan gak baik. Berhati-hati sopirnya. Kelak kalaupun nabrak-nabrak diduganya nyetir sekalian pujaan hatian ama mama mertuanya. Jelas mama yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet", tuturnya. "Meski sebenarnya kekeduanya ngebet lo Ma. Ma, maafin Evan deeh. Evan menjadi pengiin sekali sama mama lho…, Bagaimana niih, punyai Evan sakit tercepit celana nihh", saya semakin berani. "Aduuh, gak boleh begitu dong. Mama jadi sulit nih. Namun jujur saja van.., Mama jadi seperti orang kasmaran sama kamu.., Kalaupun sudah berikut, telah naik ini, mama jadi ingin ngeloni kamu Van…, Van kita cepat pulang saja yaa…, Kelak diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh kembali kosong khan…, Tetapi Van minggir sesaat Van, mama ingin cium kamu di sini", kata mama dengan nada bergetar. ooh saya jadi berdebar sekali. Kemungkinan tergoda pula sebab saya telah seminggu tidak bersetubuh dengan istriku. Saya jadi gairah sekali. StreamingBokepOnline Saya minggir di daerah yang cukup gelap. Sesungguhnya kaca mobilku sudah gelap, maka dari itu tidak takut diketahui orang. Saya serta mama mertuaku pelukan, berciuman secara lembut penuh kangen. Betul-betul, sejauh ini kami sama-sama rindukan. "eehhm…, mama rindu sekali van", bisik mama mertuaku. "Evan maa", bisikku. "van…, sudah dahulu Van…, eehmm sudah dahulu", napas kami mengincar. "Marilah jalan lagi…, Berhati-hati yaa", kata mama mertuaku. "Ma penisku tercepit niih…, Sakit", kataku. "iich anak nakal", Pahaku dicubitnya. "Okey…, membuka dahulu ritsluitingnya", ujarnya. Cepat saya membuka celanaku, saya turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang sekali. Tangan kiri mama, saya bimbing buat menggenggam penisku. "Aduuh Van. Gede sekali pelirmu…, Supaya mama pegangin, Marilah jalan. Berhati-hati kemudinya". Saya tambahkan persneling satu, serta mobil melesat pulang. Penisku dipegangi mama mertuaku, jempolnya mengelus-elus kepala penisku secara halus. Aduuh, gelii… sangatlah nikmat. Mobil berjalan tenang, kami diam diri, tapi tangan mama lagi memijat serta mengelus-elus penisku secara halus. Hingga sampai di rumahku, saya turun buka pintu, serta masuk langsung garasi. Garasi saya tutup kembali lagi. Kami bergandengan tangan masuk di tempat tamu. Kami duduk di sofa serta berpandangan dengan penuh kangen. Kondisi demikian hening serta romantis, kami berangkulan kembali, berciuman kembali, kian menggebu-gebu. Kami tumpahkan kangen kami. Saya ciumi mama mertuaku dengan penuh gairah. Saya rogoh buah dadanya yang senantiasa saya renungkan, aduuh sungguh-sungguh besar serta halus. "Ma, Evan rindu sekali Maa…, Evan rindu sekali". "Aduuh Van, mama juga…, Peluklah mama Van, peluklah mama" nafasnya bertambah mengincar. Matanya terpejam, saya ciumi matanya, pipinya, saya lumat bibirnya, serta lidahku saya masukan ke mulutnya. Mama cukup terkejut dan buka matanya. Selanjutnya dengan serentak lidahku dihisapnya dengan penuh gairah. "Eehhmm.., Van, mama belumlah sempat kecupan seperti ini…, Kembali Van tambahkan lidahmu ke mulut mama" Mama mendorongku lambat, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya kembali diriku dan berbisik, "Van, bawa Mama ke kamar…, Lebih enak di kamar, tidak boleh di sini". Dengan rangkulan kami masuk ke dalam kamar tengah yang kosong. Saya terasa tidak nikmat dalam tempat tidur kami. Saya terasa tak sedap dengan Laras kalau kami pakai tempat tidur di kamar kami. "Ma kita gunakan kamar tengah saja yaa". "Okey, Van. Saya pun gak sedap gunakan kamar tidurmu. Lebih bebas di kamar ini", kata mama mertuaku penuh penjelasan. Saya remas pantatnya yang bahenol. "iich.., fundamen anak nakal", mama mertuaku merengut manja. Kami duduk pada tempat tidur, sembari beciuman saya membuka kemeja mama mertuaku. Saya benar-benar takjub dengan kulit mamaku yang putih bersih dan mulus dengan buah dadanya yang besar menggantung cantik. Mama saya rebahkan dalam tempat tidur. Celana dalamnya saya pelorotkan dan saya pelorotkan dari kakinya yang bagus. Satu kali lagi saya terpesona menyaksikan vagina mama mertuaku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting. Seperti saya mengayalkan sampai kini, vagina mama mertuaku betul mencolok ke atas terhalang pantatnya yang besar. Saya tak kuat kembali melihat kecantikan mama mertuaku celentang di depanku. Saya membuka bajuku dan penisku telah sungguh-sungguh tegak prima. Mama mertuaku memandangku tanpa dengan berkedip. Kami sama-sama rindukan kebersama-samaan ini. Saya tiduran miring dari sisi mama mertuaku. Saya ciumi, kuraba, kuelus semua, dari bibirnya hingga pahanya yang mulus. Saya remas halus buah dadanya, kuelus perutnya, vaginanya, klitorisnya saya main-mainkan. Liangnya vaginanya telah basah. Jariku saya basahi dengan cairan vagina mama mertuaku, dan saya sapukan halus di clitorisnya. Mama mengulet kesenangan dan mendesis-desis. Sesaat peliku digenggam mama dan dielus-elusnya. Kangen kami sampai kini udah menyudutkan buat ditumpahkan dan diselesaikan malam hari ini. Mama mengulet-geliat, meremas-remas kepalaku serta rambutku, mengelus punggungku, pantatku, serta pada akhirnya menggenggam penisku yang telah bersiap-siap masuk dalam liang vagina mama mertuaku. "Maa, saya kaangen sekali Maa…, Evan kanget banget…, Evan anak nakal ma..", bisikku. "Van…, mama juga. sshh…, masukin Van…, masukin sekarang…, Mama udah pengiin sekali Van, Vanm…", bisik mamaku tersengal-sengal. Saya naik ke atas mama mertuaku bertelakn di siku dan lututku. Tangan kananku mengelus parasnya, pipinya, hidungnya dan bibir mama mertuaku. Kami berpandangan. Berpandangan benar-benar mesra. Penisku dibantunya masuk di liang vaginanya yang udah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir vaginanya, di clitorisnya. Tangan kirinya menggenggam pantatku, mendesak turun sedikit serta membebaskan desakannya memberinya instruksi penisku. Kaki mama mertuaku dikangkangnya lebar-lebar, dan saya tidak sabar kembali untuk masuk dalam vagina mama mertuaku. Kepala penisku mulai masuk, semakin dalam, kian dalam serta selanjutnya masuk seluruhnya hingga ke pangkalnya. Saya mulai naik-turun secara teratur, masuk-keluar, keluar masuk di vagina yang basah serta licin. Aduuh enaak, enaak sekali. "Tambahkan sebagian saja Van. Masuk keluarkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali". Hasrat kami makin menggebu-gebu. Saya kian cepat, makin memompa penisku ke vagina mama mertuaku. "Maa, Evan masuk semuanya, masuk semuanya maa" "Iyaa Van, enaak sekali. Pelirmu ngganjel sekali. Gede sekali rasane. Mama marem sekali" kami mendesis-desis, menggeliang-geliat, melenguh penuh kepuasan. Saat itu kakinya tadi mengangkang saat ini dirapatkan. Aduuh, vaginanya tebal sekali. Saya sekurang-kurangnya tahan kembali bila udah ini. Saya kian ngotot mencabuli mama mertuaku, mencoblos vagina mama mertuaku yang licin, yang tebal, yang sempit (sebab telah kontraksi pengin pucuk). Bunyinya kecepak-kecepok membuat saya makin bergairah. Aduuh, saya telah tidak kuat kembali. "Maa Evan ingin keluaar maa…, Aduuh maa.., enaak bangeet". "ssh…, hiiya Van, keluariin Van, keluarin". "Mama pula pengen muncaak, pengen muncaak…, Vanm, Vanm, Teruss Vanm", Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami berhenti. Penisku saya pencet kuat-kuat ke dalam vagina mama mertuaku. Pangkal penisku berdenyut. menyemprotlah telah spermaku ke vagina mama mertuaku. Kami sama-sama nikmati pucuk persetubuhan kami. Kangen, kemelut kami tumpah udah. Rasa-rasanya lemas sekali. Napas barusan nyaris terputus bertambah turun. Saya angkat tubuhku. Akan saya cabut penisku yang telah menancap dari dalam liang vaginanya, namun ditahan mama mertuaku. "Supaya di dahulu Van…, Marilah miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa' orang ditindih sekerasnya", tuturnya sembari menekan hidungku. Kami miring, berhadap-hadapan, Mama mertuaku menekan hidungku kembali, "Basic anak kurang ajar…, Berani sama mamanya.., Waktu mamanya dinaikin, Tetapi Van…, mama nikmat sekali, ‘marem' sekali. Mama belumlah sempat rasakan semacam ini". "Maa, Evan pula maa. Kemungkinan lantaran curian ini ya maa, bukan punyanya…, Miliki bapaknya kok dikonsumsi. Mama pula, miliki anakya kok ya dikonsumsi, diminum", kataku menariknya. "Huush, basic anak nakal.., Marilah dilepaskan Van.., Aduuh acak-acakan niih Spermamu di tumpah di sprei, Keringatmu basahi tetek mama niih". "Maa, malam hari ini mama gak mesti pulang. Saya pengen dikelonin mama ini malam. Saya pengen diteteki hingga sampai pagi", kataku. "Ooh tak boleh cah bagus…, kalaupun dituruti Mama inginnya demikian. Namun jangan demikian. Jika diketahui orang dapat heboh deeh", jawab mamaku. "Namun maa, Evan rasa-rasanya emoh pisah sama mama". "Hiyya, mama tahu, tetapi kita harus gunakan otak dong. Toh, mama tidak kabur.., malah kalaupun kita tak berhati-hati, semua akan buyar dech". Kami sama sama berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, berciuman kembali penuh kehalusan. Tanpa ujaran yang keluar, tidak bisa direalisasikan dalam ujaran. Kami sama sama menyayangi, di antara mama serta anak, di antara seorang pria dan seorang wanita, kami ikhlas menyayangi kedua-duanya. Malam itu kami mandi bersama, sama-sama menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Penisku dicuci oleh mama mertuaku, hingga sampai tegak kembali. "Sudaah, sudaah, gak boleh nekad saja. Mari kelak terburu malam". Malam itu benar-benar begitu terkesan dalam hidupku. Hari-hari seterusnya berjalan normal seperti kebanyakan. Kami sama sama jaga diri. Kami menumpahkan kangen kami cuman jika betul-betul aman. Tapi kami banyak peluang sekedar utk berciuman serta membelai. Kadangkala dengan berpandangan mata saja kami udah menyalur kangen kami. Kami bertambah sabar, semakain dewasa dalam mengawasi interaksi cinta-kasih kami.
Website: http://144.91.121.206/
Forums
Topics Started: 0
Replies Created: 0
Forum Role: Participant